Tempat ini merupakan tempat suci ibadah agama Buddha,
terletak di depan Kodam IV Diponegoro lebih tepatnya pinggir Jalan Perintis
Kemerdekaan, Pudak Payung, Banyumanik, Semarang yang merupakan status jalan
provinsi makanya banyak truk-truk besar pembawa peti kemas dari/ke Pelabuhan
Tanjung Mas yang lalu lalang. Walaupun tempat ibadahnya umat Buddha, namun kita
yang non Buddha boleh masuk untuk sekedar berkunjung dan melihat arsitektur
bangunan ini, tapi tetap ada batasannya ya karena ini tempat suci dan bukan
tempat sembarangan, disini kita harus menjaga sikap, boleh foto tapi jangan
berlebihan dan tentu jangan sampai kita mengganggu yang sedang bersembahyang. Di kawasan vihara ini suasananya asri dan
rindang karena banyak pepohonan, banyak pula burung-burung liar cantik seperti
kutilang, deruk dll (tidak boleh menembak satwa disini). Masuk kedalam lokasi
kawasan Vihara ini kita hanya membayar seiklasnya saja di pos keamanan dan mencatat
buku tamu selanjutnya kita dapat masuk ke dalam. Pagoda Avalokitesvara dan Vihara Buddhagaya
Watugong ini berdominan warna merah, terlihat sekali jika Pagoda ini
bercorak China. Vihara Yayasan Buddhagaya Watugong ini berada di
bawah binaan Sangha Theravada Indonesia dan Magabudhi.
Watu gong
Sebelum masuk hingga kedalam pasti kita akan bertemu monumen
batu berbentuk gong dikenal dengan "watu gong" dalam bahasa jawa yang
merupakan sejarah didirikannya tempat ini. Watu gong
adalah batu alam berbahan andesit yang berada disekitar vihara sejak zaman
dahulu
Gerbang sanchi
replika
gapura yang berada di depan stupa sanchi India. Simbol penghormatan sebelum
memasuki bangunan vihara stupa sebagai kediaman keluhuran Guru Agung, Sang
Buddha
Dhammasala
Yaitu bangunan
inti atau pusat sebuah vihara berfungsi sebagai tempat puja bakti, penahbisan
samanera-bhikku, ruang samadhi, diskusi dhamma dan sejenisnya. Di bagian bawah Dhammasala
terdapat ruangan serbaguna seabagai bagian pendukung acara keagamaan agama
Buddha
Patticasamuppada
Terletak pada
dinding pagar Dhammasala, terdapat deretan relief yang menggambarkan
patticasamuppada (hukum sebab musabab yang saling-bergantungan). Hukum alam
yang dialami semua makhluk sebelum meraih kebahagiaan tertinggi, Nibbana.
Kuti Samadhi
turun dari Dhammasala,
anda akan menjumpai deretan bangunan pondok terbuat dari kayu ulin. Kuti Samadhi
ini adalah tempat tinggal para samanera-bhikku atau kediaman sementara bagi
para umat selama berlatih samadhi-meditasi
Perpustakaan
Perpustakaan
disini disebut juga Taman Bacaan Masyarakat (TBM), berfungsi juga sebagai sekretariat
vihara
Kuti Bhikku
Adalah tempat
tinggal khusus bagi para bhikku. Pengunjung tidak diperkenankan memasuki area
ini tanpa izin dari petugas.
Tugu Ariya
Atthangika Magga
merupakan
simbol jalan mulai berunsur untuk meraih kebahagiaan tertinggi, Nibbana. Ke delapan
jalan teersebut adalah : pengertian benar (samma-ditthi), pikiran benar
(samma-sankappa), ucapan benar (samma-vaca), perbuatan benar (samma-kammanta),
pencaharian benar (samma-ajiva), daya-upaya benar (samma-vayama), perhatian
benar (samma-sati), dan samadhi benar (samma-samadhi)
Buddha Parinibbana
Yaitu patung
Buddha yang sedang tidur. Benda seni ini yang menggambarkan saat wafat -Nya Sang
Buddha di antara dua pohon Sala
![]() |
Pagoda Avalokitesvara
Pagoda Avalokitesvara
mempunyai tinggi 45 m dengan 7 tingkatan
sehingga dapat terlihat dari luar. Pagoda ini merupakan bangunan stupa bercorak oriental,
sebagai ruang disemayamkannya gambaran wujud Bodhisatva Avalokitesvara. Beliau adalah
Bakal Buddha yang dalam mitologi Buddhist bercorak Tiongkok, dikenal sebagai
Dewi Kwan She Im Pho Sat. Bodhisatva Avalokitesvara dikenal berjiwa welas asih
dan kasih sayang kepada semua makhluk tanpa batas.
Pohon Bodhi
Turun dari
Pagoda, anda akan menjumpai pohun lebar yang menyerupai beringin dengan daun
berbentuk love. Pohon ini adalah hasil cangkokan Pohon Bodhi yang sama dari
Bodhgaya, India. Tempat dimana Sidharta Gotama mencapai Samyak Sambodhi
(Kebuddhaan) pada 588 tahun sebelum Masehi.
Tugu Ashoka
Tugu ini tiruan
Prasasti Batu Kalingga No XXII Raja Ashoka yang hidup pada abad ke-4 sebelum
Masehi. Tugu ini merupakan simbol dari tepa selira yang bisa juga diartikan
sebagai tenggang rasa atau sikap toleransi, kerukunan dan saling menghormati
antar agama-kepercayaan
Halaman Mandala
Borobudur
Sesudah
melewati tugu Ashoka selanjutnya akan memasuki lapangan parkir yang bila
dilihat dari atas berbentuk Mandala Candi Borobudur. Sesudahnya anda berjumpa
kembali dengan Gerbang Sanchi dan menuju halaman parkir dan telah selesai
mengelilingi Vihara Buddha Gaya Watu Gong
Dewi Kwan Im
dewi kepercayaan agama Buddha
RemaGraphicCreative
0 comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan baik, jika ada pertanyaan sesegera mungkin saya jawab