Ketika Bintang Masih Gemerlap
Semburat sinar keemasan
menghiasi cakrawala dari balik pegunungan, di saat itu pula ayam berkokok
bersautan, kicau burung pun menambah rasa kehangatan alam semesta, walau hawa
dingin masih menyelimuti pagi itu namun keluarga kecil ini sudah berjalan
menginjak embun - embun yang terkandung di rerumputan untuk mengais rupiah.
Dengan peralatan seadanya yaitu karung goni dan pengait yang terbuat dari kawat
bekas mereka dapat mengais rezeki dari botol bekas yang mereka ambil dari
pembuangan sampah.
“Wah, Nak... rezeki sudah menanti, hanya usaha
kitalah yang semestinya bisa mewujudkannya Nak...” Ucap Ibu penuh rasa gembira
dan haru melihat banyak sampah botol yang berserakan.
“Iya Bu... botol plastiknya ada banyak, kita
bisa dapat uang banyak Bu...” sahut anaknya.
“Iya Nak, mungkin lebih banyak dari yang
kemarin, maka jangan lupa Nak bersyukurlah kepada Allah bila kita mendapatkan
suatu hal yang bermanfaat, karena Tuhan tak akan membuat penderitaan yang lebih
terhadap hambanya...” ucap Ibu mengusap kepala anaknya.
“Iya Bu... Ical mengerti...Ical akan selalu
bersyukur...” jawab Ical sambil
mengangguk
*****
Iya, nama anak itu adalah Muhammad Faizal Zuhri
yang biasa dipanggil Ical. Dia sudah 6 tahun lamanya ditinggal oleh sang Ayah
yang menderita lumpuh, hanya ibunya lah yang membesarkannya sampai dia sedewasa
ini.
Malam itu bulan menampakkan sinarnya,
gerombolan bintang berkelap – kelip terbentang luas bak melebihi luasnya
jagad raya. Namun suara tangisan anak di dekapan hangat ibunya seakan membuat
mendung hati seorang ibu manapun yang mendengarnya
“Ibu...” ucap Ical dengan meneteskan air mata
“Apa Nak ? Kenapa kok kamu menangis ? ini sudah
malam, tidulah Nak jangan menangis” tanya Ibu sambil mengusap pipinya yang
deras dengan air mata
“Bu, kenapa si Bu kok Ayah ninggalin
Ical, kan Ical masih kangen sama Ayah, Ical pengen mbanget disampingnya
Ayah...” tangisan Ical tambah deras
“Sabar Nak...sabar...inilah cobaan dari Tuhan,
kamu masih kecil Nak, dewasa nanti kamu akan mengerti inilah yang namanya
takdir, doakan saja ayahmu agar tenang dialam sana” jawab Ibu dengan tegar
*****
Memang Ical mempunyai kakak kandung sayangnya
kakak Ical menderita cacat mental sejak ditinggal oleh Ayahnya, karena sosok
sang Ayah ini sangat dekat dengan kakak Ical. Setiap hari Ayu, kakak kandung
Ical selalu terdiam sendiri tak mau bicara walau dengan Ical dan Ibunya sendiri
“Ayu...makan Yu...nanti kamu sakit lho, ini ibu
buatkan bubur kesukaanmu waktu kamu kecil, ya walau dengan isian seadanya”
bujuk Ibu pada Ayu kakak Ical
Ayu pun hanya terdiam sambil memegang foto
Ayah. Ibu pun menyuapinya dengan penuh rasa sayang walau sebenarnya dalam hati
Ibu menangis melihat kondisi anaknya seperti itu
*****
Ical kini duduk dibangku kelas 2 SD Negeri
Taman Siswa yang terletak di desanya ini memang sering mendapat juara kelas
sehingga biaya sekolahnya gratis diambil dari beasiswa prestasinya. Walau
begitu kehidupan keluarga Ical masih serba kekurangan karena hutang sepeninggal
Ayah Ical. Untuk menambah penghasilan, ibu Ical pun memiliki ide untuk membuat
kue cucur berbahan dasar tepung terigu dengan modal seadanya dari penjualan
botol bekas. setiap pagi Ibu Ical membuat kue tersebut untuk dijajakan oleh
Ical ke sekolahnya
“Bu, apa kue cucur nya sudah matang ?” tanya
Ical
“Belum Nak...sebentar lagi, ini tinggal
menggorengnya saja” jawab Ibu
“Baik Bu, nggak usah keburu Bu,
jam 7 nya masih lama kok” sahut Ical sambil tersenyum
“Iya Nak..” ucap Ibu sambil membalas senyum
Beberapa menit kemudian kue cucur pun matang,
kue yang masih hangat itu diletakkan ke wadah keranjang dari anyaman bambu
“Cal...Ical...” Ibu memanggil Ical
“Iya Bu...” Jawab Ical
“Ini Nak kuenya sudah matang sudah ibu taruh ke
keranjang, hati – hati lho ya mbawanya jangan sambil lari – lari” Ucap
Ibu sambil berpesan
“Iya Bu, sini Ical bawa, Ical mau langsung
berangkat sekolah”
“Ini Nak kuenya... jangan lupa lho ya kalau mau
ngapa – ngapain berdoa dulu, nanti kalau waktunya pulang ya langsung pulang
jangan langsung main”
“Siap Ibuku sayang, Assalamu’alaikum...”
“Wa’alaikumsalam...”
Setelah kue cucur matang Ical pun langsung
membawanya kesekolah untuk dijajakan kepada teman- temannya seharga 500 rupiah.
Walau Ical berjualan disekolahnya namun Ical tidak sedikitpun memiliki rasa
malu untuk berjualan, karena ini diniati untuk membantu ekonomi keluarganya,
meski kadang kala ia diejek oleh temannya. Dengan penuh harapan ia berharap
agar hari ini kuenya laris habis
“Eh temen- temen itu si Ical dateng”
ucap salah satu teman Ical
“Iya tu Ical udah dateng, bawa
kue cucur nggak ya dia ?” tanya teman Ical
“Iya kok, dia bawa”
“Eh Cal mau dong beli kue
cucurnya, harganya masih 500 kan ?”
“Iya harganya masih 500 kok, sini – sini
yang mau beli” sahut Ical dengan menawarkan dagangannya
Tiba – tiba Axel teman sekelas Ical
menghampirinya dengan lagak tak suka
“Heh kamu lagi, si tukang cucur !!! ngapain
jualan lagi, kue mu tu nggak enak tau nggak sih !!!” ejek Axel
“Ngapain si kamu Xel, kalau memang kue
cucur buatan ibuku nggak enak, temen - temen nggak pada beli lah”
Jawab Ical dengan jujur
“Temen – temen aja yang pada bodo,
tau nggak si temen – temen kue cucur yang dijual Ical ini buatnya pakai
pengawet berbahaya tau !!!”
“Ha apa iya apa ???” tanya teman – teman
Ical
“Ya iya lah” jawab Axel meyakinkan
“Nggak temen – temen, itu fitnah kue bikinan
ibuku itu halal nggak ada bahan berbahaya apapun didalemnya,
percayalah sama aku !!!” ucap Ical dengan pasrah
Kemudian Ical sedih gara – gara Axel
memfitnahnya, tak lama kemudian Riana teman Ical menenangkannya.
“Cal yang sabar ya, memang Axel tu orangnya kaya
gitu, aku percaya kok sama kamu, kamu tu orangnya baik nggak
mungkin lah kamu seperti yang diomongin Axel” kata Riana dengan
menenangkan Ical
“Makasih ya Riana kamu udah percaya sama
aku” sahut Ical memelas
“Iya Cal...” ucap Riana dengan senyum tipisnya
*****
Keesokan harinya di sekolah Ical, tidak
disangka HP milik Putri hilang secara misterius. Banyak yang menuduh Ical
sebagai pelakunya apalagi Axel yang sangat benci dengan keberadaan Ical karena
iri dengannya sebagai juara kelas tetapi miskin harta.
“Duh, temen - temen ada yang tau
HP ku nggak, HP ku hilang nih padahal kan tadi ada di tas
kok sekarang nggak ada ya” tanya Putri bingung
“Wah wah wah..., kacau itu pasti ada pencuri
dikelas ini” jawab Axel
“Ha emangnya siapa ?” tanya Putri
“Ya siapa lagi kalau bukan si tukang cucur itu”
tuduh Axel dengan mengacungkan jarinya ke arah Ical
“Sembarangan kamu Xel, aku nggak mungkin lah
nyuri barang orang, itu kan dosa !!!” sahut ical dengan kaget
“Hah mana mungkin pencuri itu ngaku, apa
lagi kamu udah miskin suka nyuri lagi, ngaku aja lah
!!!”
“Iya ngaku aja Cal ngaku” suruh
temannya yang lain
“Apa ??? aku nggak nyuri, aku bukan pencuri tau
!!!” ucap Ical dengan sedikit keras
“Ah gledah aja tu tasnya” sahut
Axel
“Ada apa si ribut – ribut kaya gini ???”
tanya Riana yang keheranan
“Ini ni Ri, ada pencuri tapi nggak mau ngaku”
jawab Axel sinis
“Siapa yang pencuri ???” tanya Riana lagi
“Ya si cucur itu !!!” Axelpun meyakinkan
“Apa bener yang diomongin temen – temen
Cal ?” tanya Riana kepada Ical
“Nggak !!! nggak bener itu Ri !!!” jawab Ical
dengan air mata yang hampir jatuh mendarat ke lantai
Beberapa saat kemudian ada guru masuk kelas
“Ada apa ini kok ribut – ribut suaranya kok
sampai ke kantor guru” Pak Guru bertanya - tanya
“Ini Pak, ada pencuri di kelas” sahut Axel
“La la la, siapa to pencurinya ?” tanya
Pak Guru
“Ini Pak, si Ical yang nyuri HP nya
Putri” jawab temannya yang lain
“Apa iya ? apa bener Cal kamu yang nyuri HP nya
si Putri ???” tanya Pak Guru kepada Ical
“Nggak Pak saya nggak nyuri”
Jawab Ical dengan yakin
“Ah bohong itu Pak” tambah Axel
“Stop..stop..!!! ya sudah kalau begitu semuanya
keluar kelas nanti Bapak sama guru yang lain akan gledah semua tempat”
“Aduh bahaya nih” ucap Axel lirih
“Apanya yang bahaya Xel ?” tanya teman yang lain
“Nggak kok bukan apa – apa” jawab Axel
dengan agak takut
Beberapa menit kemudian HP Putri ditemukan di tembok kamar mandi yang dibungkus dengan sapu
tangan warna biru
“Nah akhirnya ketemu juga HP warna hitam
dibungkus dengan sapu tangan biru, apa benar Putri ini HP milikmu ?” tanya Pak
Guru pada Putri
“Iya Pak benar milik saya, makasih Pak...” jawab Putri
“Oh iya bentar Pak kayaknya saya tahu
siapa pemilik sapu tangan warna biru itu Pak” sahut Riana dengan yakin
“Waduh mati aku” ucap Axel dalam hati
dengan gemetar
“Sapu tangan ini milik Axel Pak” ucap Riana
“Oh iya ya itukan punya Axel, wuuuuu” sahut
temannya yang lain
“Iya to, pencurinya bukan Ical, karena
bapak percaya Ical nggak mungin nyuri barang dia itu anak pintar,
anak yang sholeh nggak mungkin lah dia mencuri” ucap Pak Guru
“Nah sekarang kamu Axel, ikut Bapak ke ruang BK
hayo” ajak Pak Guru
“Wuuuu pencuri, pencuri” teman – teman
meneriakkan dengan kompak
Setelah kejadian itu Axel dihukum untuk tidak
bersekolah selama 2 bulan, selama itu Ical pun lega sudah tidak ada yang dikhawatirkan.
Ucap syukur Alhamdulillah Ical dimudahkan dalam berbagai hal yang sempat
menyulitkannya semua ini berkat doa dan usaha yang dipanjatkan keluarga Ical,
Akhirnya semua berjalan normal kembali, dan Ical tetap menjual kue cucur dengan
semangat. Berharap ekonomi keluarganya semakin membaik dan kakaknya sembuh dari
gangguan jiwa.
Akhirnya setelah Axel kembali bersekolah, ia pun
meminta maaf kepada semua yang telah disalahinya terutama kepada Ical dan Axel
pun sekarang berubah menjadi anak yang baik. Kini Ical dan Axel mempunyai
hubungan persahabatan yang lebih erat, umpama bintang masih gemerlap, masih
ada harapan di kegelapan.
*****
0 comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan baik, jika ada pertanyaan sesegera mungkin saya jawab