Laporan Study Tour di Sangiran dan Keraton Solo
Maksud Penulisan:
Untuk menyimpulkan kunjungan kami di sangiran dan keraton solo(18 Februari
2014)
Nama Kelompok :
∞
Hana
Chaniggia (8720)
∞
Rema
Marninda Z (8737)
∞
Risty
Mustika H (8739)
∞
Suratiningsih (8741)
X MIA 1
2013/ 2014
Lembar Persetujuan Pembimbing
Laporan ini telah disetujui
oleh pembimbing
Wonosobo, 18 Februari 2014
Pembimbing
Ida
Robert, S.Pd
Lembar Motto :
Kita sebagai generasi
penerus bangsa harus menjaga dan melestarikan peninggalan dan kebudayaan para
leluhur agar tidak hilang begitu saja seiring berjalannya waktu.
Lembar Persembahan :
Dipersembahkan untuk para
generasi muda khususnya di tanah Jawa
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr Wb
Puji syukur kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta inayah-Nya kepada kita,
sehingga kita dapat menyelesaikan laporan tentang “STUDY TOUR
DI SANGIRAN & KERATON SOLO” dengan baik.
Isi dari makalah yang kami
buat ini bertujuan untuk menunjang pelajaran khususnya SEJARAH & BIOLOGI dan
juga sebagai penuntun dalam melestarikan budaya dari para leluhur.
Segala usaha yang telah kami lakukan dalam pengerjaan laporan
ini untuk memenuhi tugas yang diberikan, apabila ada kekurangan dalam
pengerjaan ini kami meminta maaf. Demikian pengantar dari kami, semoga laporan ini
bermanfaat untuk kita semua dan juga untuk masyarakat luas. Amiiin...
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Wonosobo,
22 Februari 2014
Tim Penyusun
Bab I
Pendahuluan
a.
Latar belakang
masalah
Indonesia banyak
memilik kekayaan alam, dan bermacam-macam budaya. Oleh karena itu tidaklah
heran jika terdapat banyak sekali tempat-tempat yang bias dikunjungi
untuk dinikmati pemandangan alamnya, kebudayaannya yang dapat juga disebut
sebagai objek wisata. Dengan kata lain Indonesia memiliki potensi
besar dalam bidang pariwisata.
Namun
banyak dari objek wisata itu kini diabaikan. Baik perawatan, perlindungan
dan hal-hal penting lainnya. Hal itu menyebabkan kerugian yang besar bagi
Negara kita sendiri. Pemerintah yang mulai menyadari, kini lebih menggalakkan
kemajuan dan kelestarian dari objek-objek tersebut. Dan dewasa ini kita dapat
melihat perkembangan pariwisata di negara kita yang cukup memuaskan.
Pemerintahpun
berusaha untuk memaksimalkan pendayagunaan daerah-daerah pariwisatayang
tentunya dapat menmbah devisa negara kita. Dan diharapkan sektor-sektor
pariwisata ini dapat memperlihatkan kecantikan alam dan
budaya Indonesia di mata rakyatnya sendiri serta di mata dunia
Internasional.
Keraton
Solo adalah peninggalan kerajaan Mataram yang sampai sekarang masih terawat
dengan baik, juga masih ada penerus rajanya dan sampai sekarangpun masih
diteruskan oleh Pakubuwono XIII dan yang paling mengesankan keraton solo adalah
umurnya hampir mencapai 300 th yaitu 269 th
Sedangkan
Musium Sangiran adalah salah satu museum purbakala yang ada di Indonesia,
di museum ini terdapat banyak sisa-sisa peninggalan purbakala seperti tulang,
kerang, tanah dan lain-lain. Para wisatawan yag dating pun beragam mulai dari
wisatawan lokal atau domestik, pelajar, mahasiswa, arkeolog, bahkan wisatawan
mancanegara dating kemusium ini sekedar untuk melihat koleksi yang ada bahkan
mengamati dan menelitinya.
b.
Pembatasan
masalah
1. Jenis – jenis fosil asli yang ditemukan di Sangiran (
sejarah )
2. Akulturasi tradisional Islam di Keraton Solo ( sejarah )
3. Fosil – fosil yang menunjang evolusi manusia yang ditemukan
di Sangiran ( biologi )
c.
Rumusan
masalah
1. Apa saja jenis – jenis fosil asli yang ditemukan di Sangiran
?
2. Bagaimana akulturasi tradisional Islam di Keraton Solo ?
3. Apa saja fosil – fosil yang menunjang evolusi manusia yang
ditemukan di Sangiran ?
d.
Tujuan
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi dan
memahami secara detail mata pelajaran Sejarah dan Biologi yang khususnya kami
bahas yaitu tentang kunjungan di Keraton Solo dan Sangiran juga sebagai penambah
luas wawasan kami tentang peninggalan kebudayaan di Indonesia
Bab
II
Landasan
Teori dan Kajian Pustaka
Akulturasi Tradisional Islam
·
Sejarah
berdirinya Keraton Solo
Keraton Solo berdiri di
Kertasura dan dipindah ke Surakarta atau desa Solo pada tahun 1745 oleh
Pakubuwono ke - II, sebab dipindahkannya Keraton pada tahun 1742 sampai 1743
karena terjadi pemberontakan dengan orang – orang China yang membuat Keraton
Kertasura rusak, dan dipindah ke Solo.
Sebelum raja memindahkan
Keraton ke Solo, ada tiga desa pilihan raja untuk memindah keraton yaitu :
§ Desa Sono sewu
§ Desa Solo
§ Desa Kadipolo
Akhirnya raja memilih Desa
Solo dikarenakan apabila Keraton dipindahkan ke Desa Solo maka umurnya bisa
lebih dari 200 tahun ( 2 abad ) dan masyarakat pula akan makmur.
Dan sampai sekarangpun
terbukti karena sampai sekarang umur Keraton Solo lebih dari 269 tahun dan
masih dipimpin oleh seorang raja yaitu Pakubuwono ke - XIII yang dinobatkan
sebagai raja dari tahun 2004 sampai saat ini
( menjadi raja sampai meniggal atau mangkat )
Kesimpulan :
Keraton Solo / Surakarta
adalah keraton tertua penerus dari Dinasti Mataram
·
Ciri –
ciri bangunan Keraton :
§ Ada dua alun – alun, di utara dan selatan
§ Ada dua pohon beringin di tengah alun – alun
§ Ada masjid agung di sebelah barat
§ Ada pendopo agung
§ Ada dalem agung
§ Seluruh bangunan Keraton mulai dari utara sampai selatan
mengandung filosofi kehidupan manusia
·
Bangunan
Keraton Solo
§ Pendopo pagelaran / Sasana Sumewa
Fungsi dari bangunan ini
adalah untuk bertemu raja dan Bupati.
Bangunan ini direhab pada
Pakubuwono ke – X saat usia 48 tahun dan disimbolkan oleh 48 pilar.
Disini juga ada ruang yang
disebut bangsal Pangrawit berguna untuk singgasana raja -
raja
Gb. 1.1 Bangsal Pangrawit
§ kawasan Siti Hinggil
Arti dari Siti Hinggil adalah tanah yang tinggi ( siti =
tanah, hinggil = tinggi )
Gb. 1.2 Siti Hinggil
-
Bangsal
Pertama / bangsal Mangoentoer Tangkil :
Merupakan bangunan untuk
penobatan calon raja baru yang disumpah dan disaksikan para abdi dalem
-
Bangsal
Sewoyono :
Artinya tempat yang luas (
sewo = tempat, yono = luas ), berguna untuk duduk leseh para abdi dalem
-
Bangsal
Kedua / bangsal Hangoen Angoen :
Tempat memainkan gamelan
setiap hari Sabtu sore pada jam 4 sore ( dimainkan karena menunjukkan bahwa
sudah saatnya akhir pekan )
-
Bangsal
Balebang :
Bangsal ini berguna untuk
menyimpan gamelan
-
Bangsal
Gandek Kiwo Tengen :
Tempat untuk para utusan
Di kawasan siti hinggil
terdapat sebuah pohon Solo yang hanya ada satu satunya di Solo yang umurnya
mencapai lebih dari 300 tahun.
Gb.
1.3 Pohon Solo
§ Pelataran Keraton
Di pelataran Keraton
terdapat :
-
Pasir
yang dibawa dari pantai selatan ( dari pantai Parangtritis dan pantai
Parangkusumo )
Hubungannya karena adanya
dukungan dari pantai selatan
-
Pohon
Sawo kecik yang ditanam pada abad ke – 18 oleh Pakubuwono ke - IX, yang artinya segala sesuatu yang terbaik
Gb.
1.4 Pohon Sawo kecik & Pasir dari pantai Selatan
-
Sanggabuwana
yaitu simbol lingga Keraton sebagai tempat meditasi raja, yang mempunyai 6
lantai yang megah, 5 lantai utama besar dan 1lantai kecil paling atas / yang
disebut tutup saji yang artinya 5 simbol pancaindra dan 1 simbol pancsa indra
yang didalam, sanggabuwana dibangun pada tahun 1872 oleh Pakubuwono ke - III
Gb.
1.5 Sanggabuwana
-
Teropong
untuk melihat munculnya bulan purnama pada bulan romadhon
-
Patung
putih hadiah dari Yunani
-
Lantai
marmer dari Italia
-
Lampu
besar asli dari kristal
-
4
pilar dilapisi emas murni
-
Terdapat
2 warna kain, merah dan kuning
-
Sasana
Handrawino untuk tempat jamuan makan para tamu - tamu raja
-
Dapur
Keraton
-
Perpustakaan,
tersimpan naskah jaman dahulu
-
Tempat
dalem raja, dibelakang pendopo ageng yang bernama Keputren
Jenis
– Jenis Fosil Asli Yang Ditemukan di Sangiran
Fosil manusia :
1. Meganthropus Palaeojavanicus
Fosil salah
satu dari jenis-jenis manusia purba Indonesia ini ditemukan di Sangiran oleh
Von Koeningswald (1936 dan 1941). Fosil tersebut berupa rahang atas dan rahang
bawah yang ditemukan lapisan pleistosin bawah.
Meganthropus
Palaeojavanicus berarti manusia bertubuh besar yang paling tua dari Jawa.
Manusi purba ini diperkirakan hidup antara 2 juta sampai 1 juta tahun yang
lalu.
Makanan dari
manusia purba jenis ini adalah tumbuh-tumbuhan. Karena makanannya tanpa melalui
proses pemasakan, maka gigi rahangnya besar dan kuat. Fosil yang sama ditemukan
oleh Marks pada pleistosin tengah pada tahun 1952.
• Memiliki tulang pipi yang tebal
• Memiliki otot kunyah yang kuat
• Memiliki tonjolan pada kening
• Memiliki tonjolan belakang yang tajam
• Tidak memiliki dagu
• Memiliki perawakan yang tegap
2.
Pithecanthropus
Ketika
kedatangan Eugene Dubois ke Pulau Jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi yang menemukan
tulang rahang. Kemudian pada tahun 1891 menemukan tengkorak dan pada tahun 1892
ditemukan paha kiri.
Hasil temuan
fosil tersebut diberi nama Pithecanthropus Erectus yang berarti manusia kera
berjalan tegak yang kemudian dinamakan Homo Erectus dari Jawa. Manusia purba
jenis ini diperkirakan hidup antara 1,5 juta – 500.00 tahun yang lalu berasal
dari pleistosin tengah atau lapisan Trinil.
Volume otak
Pithecanthropus mencapai sekitar 900 cc. Volume otak manusia modern lebih dari
1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya 600 cc. • Tulangrahang dan gigi besar dan kuat
• Tidak berdagu
• Tinggi badan sekitar 165-170 cm
• Berjalan tegak
• Kening menonjol
• Tidak berdagu
• Tinggi badan sekitar 165-170 cm
• Berjalan tegak
• Kening menonjol
Meskipun ditemukan lebih dulu
dari manusia purba jenis Meganthropus Palaejavanicus tetapi Homo Erectus
berusia lebih muda. Para ilmuwan pada awalnya menganggap hasil temuan Eugene
Dubois (homo erectus) bukan termasuk garis keturunan manusia.
Tetapi
setelah adanya temuan fosil oleh Von Koeningswald dari lapisan pleistosin
bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von
Koeningswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang
ditemukan oleh Eugene Dubois. Fosi-fisil jenis manusia ini yang ditemukan Von
Koeningswald di pleistosin bawah antara lain:
• Pithecanthropus
Mojokertonensis.
Fosil ini
ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur pada tahun 1936-1941.
Pithecanthropus Mojokertonensis berarti Manusia kera dari Mojokerto. Nama
Pithecanthropus Mojokertonensis kemudian disebut dengan Homo Mojokertonensis.
Temuan
tersebut berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5 tahun. Makhluk ini
diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta tahun yang lalu.
Pithecanthropus Mojokertensis Berbadan tegap, mukanya menonjol ke depan dengan
kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat.
• Pithecanthropus
Robustus
Fosil salah
satu dari jenis manusia purba Pithecanthropus ini ditemukan pada tahun 1936 di
Sangiran tepatnya di lembah Sungai Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari
lapisan pleistosin bawah dan menurut Von Koeningswald fosil ini sejenis dengan
Phitencanthropus Mojokertonensis.
3. Homo
Sapiens
Homo sapiens
adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia
saat ini. Kehidupan mereka sederhana dan nomaden, yaitu hidup berpindah-pindah
tempat.
Jenis-jenis Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:
• Homo
Soloensis
Fasil manusi
purba ini ditemukan si daerah Ngandong, Blora, di Sangiran, di Sambung Macan Sragen,
lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931-1934. Setelah diteliti oleh Von
Koeningswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiens Soloensis (Homo
Soloensis).
• Homo
Wajakensis
Homo Sapiens
Wajakensis atau Homo Wajakensis ditemukan pada tahun 1889 oleh Van Reitschotten
di Wajak Tulungagung yang kemudian diteliti oleh Eugene Dubois yang kemudian
diberi nama Homo Sapiens Wajakensis. Homo Sapiens berarti manusia cerdas dan
merupakan jenis manusia yang jauh lebih sempurna jika dibandingkan dengan
manusia purba sebelumnya.
• Berbadan tegap
• Tinggi sekitar antara 130-210 cm
• Memilik volume otak sekiat 1000 – 1200 cc
• Tengkoraknya lebih besar dibanding Pithecanthropus
• Berdiri tegak dan berjalan sempurna
• Muka tidak menonjol ke depan
• Tinggi sekitar antara 130-210 cm
• Memilik volume otak sekiat 1000 – 1200 cc
• Tengkoraknya lebih besar dibanding Pithecanthropus
• Berdiri tegak dan berjalan sempurna
• Muka tidak menonjol ke depan
Genus ini
diperkirakan berusia sekitar 10.000 - 50.000 tahun yang lalu. Tempat penemuan
kedua fosil tersebut di lapisan Ngandong atau pleistosein atas. Kerabat
terakhir yang hidup, Homo Neanderthalensis, punah sekitar 30.000 tahun yang
lalu, meski bukti ditemukan beberapa waktu yang lalu bahwa Homo Floresiensis
hidup sekitar 12.000 tahun lalu.
Fosil
manusia purba selain ditemukan di Indonesia, juga ditemukan di beberapa negara
lain yaitu di China, Afrika dan Eropa. Jenis-jenis
manusia purba tersebut antara
lain Homo Pekinensis yang berarti manusia dari Peking, Cina. Homo Pekinensis
ditemukan oleh Devidson Black. Manusia purba jenis ini mirip dengan
Pithencanthropus Erectus, oleh karena itu para ahli menyebutnya Pithecanthropus
Pikenensis.
Fosil Homo
Afrikanus atau manusia dari afrika ditemukan di Afrika oleh Reymond Dart pada
tahun 1924. Setelah fosil tersebut direkonstruksi ternyata membentuk kerangka
seorang anak yang berusia sekitar 5 sampai 6 tahun. Fosil ini mempunyai naman
lain yaitu Australopithecus Africanus karena hampir mirip dengan penduduk asli
Australia. Sedangkan, Robert Broom menumukan fosil yang lebih besar di tempat
yang sama.
Manusia
purba Eropa dikenal dengan nama Homo Neandherthalensis. Fosil ini ditemukan
oleh Rudolf Virchow di lembah Neander, Dusseldorf, Jerman pada tahun 1856.
Sedangkan, di Prancis ditemukan manusia purba yang disebut Cro Magnon.
Elephas
namadicus (gajah)
Stegodon
trigonocephalus (gajah)
Mastodon sp (gajah)
Bubalus
palaeokarabau (kerbau),
Felis
palaeojavanica (harimau),
Sus sp (babi),
Rhinocerus
sondaicus (badak)
Bovidae (sapi, banteng), dan
Cervus sp (rusa dan domba).
Crocodillus sp (buaya)
ikan dan
kepiting,
gigi ikan hiu,
Hippopotamus
sp. (kuda nil)
Mollusca (kelas Pelecypoda dan Gastropoda )
Chelonia sp (kura-kura)
Foraminifera
Fosil batu-batuan (meteorit/taktit, kalesdon, diatome, dll.)
Fosil alat bantu dari batu (serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak
persegi, bola batu, dan kapak perimbas-penetak).
0 comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan baik, jika ada pertanyaan sesegera mungkin saya jawab